Total Tayangan Halaman

Minggu, 03 Oktober 2010

ANGKRINGAN:SEBUAH KOMUNITAS YANG JUJUR DAN APA ADANYA...

Angkringan. Ya, satu kata ini memang identik sekali dengan daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Angkringan berasal dari kata angkring atau nangkring yang artinya duduk santai. Nangkring dalam bahasa Jawa berarti duduk dengan posisi nyaman, terkadang dengan mengangkat salah satu kaki ke kursi. Angkringan adalah sebuah warung makanan dan minuman berbentuk gerobak yang ditutup dengan terpal atau tenda plastik. Kira-kira delapan orang pembeli bisa mengisi angkringan, terkecuali apabila ia juga memiliki tikar yang cukup luas untuk menampung pembeli yang lain. Penjual angkringan, entah mengapa, selalu dipanggil dengan kata “Lik”, kependekan dari paklik (pak cilik) atau paman.                                                                                                                                                                                             Angkringan menjadi istimewa karena warga dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Angkringan adalah sebuah sistem paling sederhana yang sebenarnya pantas menjadi model untuk hubungan sosial, meskipun tidak bisa mencakup semua aspek. Egaliter atau sederajat adalah ciri khas utama warga angkringan. Kami tidak peduli siapa yang datang ke angkringan. Apabila ia sudah datang ke angkringan, ia harus siap berbaur tanpa memakai jabatan doktor, insinyur, pengacara, haji, atau yang lainnya. Inilah yang membuat warga angkringan menjadi akrab. Belajar mendengar orang lain sekaligus belajar menyampaikan pendapat pun menjadi aktivitas biasa yang tak membosankan, ditemani dua buah ceker ayam dan teh jahe yang kental itu.
Angkringan adalah tempat wong-wong cilik berkeluh kesah dan ngobrol keadaan negara, sesuatu yang menurut mereka tidak bisa lagi dibayangkan seberapa besarnya. Pendapat mereka kadang-kadang terdengar lucu, kadang kasar, kadang pula menginspirasi tapi satu hal: JUJUR dari hati nurani.
Mereka pun terlihat ceria, meski sejatinya saya tahu hati mereka tersayat di tengah penghidupan yang semakin sulit dicari. Tapi mereka mencurahkannya dengan santai, sambil terkadang menyeruput teh jahe dan mengunyah kacang goreng. Beban hidup mereka tumpahkan kepada paklik yang setia menemani mereka sampai pagi.
Angkringan adalah komunitas yang keren. Bagaimana tidak, seseorang bisa tahan curhat dari jam delapan malam sampai jam tiga pagi hanya ditemani dengan secangkir teh susu dan beberapa buah tempe goreng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar