Total Tayangan Halaman

Jumat, 10 Desember 2010

WEJANGAN POKOK ILMU BAHAGIA(Mulur dan Mungkret): Ki Ageng Suryo Mentaram

Senang-Susah

Di atas bumi dan di kolong langit ini tidak ada barang yang pantas dicari, dihindari atau ditolak secara mati-matian. Meskipun demikian manusia itu tentu berusaha mati-matian untuk mencari, menghindari atau menolak sesuatu, walaupun itu tidak sepantasnya dicari, ditolak atau dihindarinya. Bukankah apa yang dicari atau ditolaknya itu tidak menyebabkan orang bahagia dan senang selamanya, atau celaka dan susah selamanya. Tetapi pada waktu orang menginginkan sesuatu, pasti ia mengira atau berpendapat bahwa "jika keinginanku tercapai, tentulah aku bahagia dan senang selamanya; dan jika tidak tercapai tentulah aku celaka dan susah selamanya".

Pendapat di atas itu teranglah keliru. Bukankah sudah beribu-ribu keinginannya yang tercapai, namun ia tetap saja tidak bahagia, melainkan senang sebentar, kemudian susah lagi? Juga sudah beribu-ribu keinginannya yang tidak tercapai, namun ia tetap saja tidak celaka, melainkan bersusah hati sebentar kemudian senang kembali. Jadi pendapat bahwa tercapainya keinginan menyebabkan rasa bahagia atau tidak tercapainya keinginan menyebabkan rasa celaka, jelaslah keliru. Tetapi setiap keinginan pasti disertai pendapat demikian.

Sebagai contoh, ketika orang berkeinginan sesuatu, misalnya berhajat mengawinkan anaknya, dan karena ia tidak punya cukup uang, ia akan mencari pinjaman.Di dalam mencari pinjaman itu ia merasa: "Jika usahaku untuk mencari pinjaman ini tidak berhasil, pastilah aku celaka dan merasa malu selamanya". Andaikata ia gagal memperoleh pinjaman, ia tidak akan merasa celaka, melainkan hanya merasa malu sebentar. Kemudian setelah merasa susah karena ia tidak dapat mengundang siapa pun, tidak dapat menanggap (mempertunjukan) wayang dan tidak dapat mengadakan janggrungan (tarian bersama antara penari-penari dan tetamu-tetamu dalam pesta perjamuan orang Jawa), ia pun akan merasa senang lagi, bahkan lega hatinya."Wah, untunglah usahaku mencari hutang tempo hari tidak berhasil. Andaikata aku berhasil, pasti sekarang ini aku akan kelabakan (gelisah) mencari uang untuk membayar hutang itu kembali." Demikianlah, maka jelaslah bahwa tidak tercapainya keinginan tidak menyebabkan orang merasa celaka.

Demikian juga keinginan yang tercapai tidak menyebabkan orang merasa bahagia. Misalnya orang berhasrat keras untuk kawin. Ia merasa: "Jika si Anu itu menjadi suami/isteriku, berbahagialah aku." Dibayangkannya: "Jodohku itu akan kugandeng selama tiga tahun tanpa kulupakan." Tetapi bila hasrat kawinnya itu benar-benar terlaksana, ia pun tidak akan sungguh-sungguh bahagia, melainkan hanya senang sebentar dan kemudian susah lagi. Bahkan sering terjadi dalam perkawinan bahwa sesudah seminggu saja sudah terjadi pertikaian.
Jadi teranglah bahwa jika keinginan itu tercapai maka hal itu tidak menyebabkan bahagia dan jika tidak tercapai, tidak pula menyebabkan celaka. Kenyataannya ialah bahwa senang dan susah itu tidak berlangsung terus menerus. Sepanjang hidup manusia sejak masa kanak-kanak sampai tua, ia belum pernah mengalami senang selama tiga hari tanpa susah, atau mengalami susah selama tiga hari tanpa senang. Pengalaman semacam itu tidak akan terjadi dan tidak mungkin dapat dialami.


Mulur
Yang menyebabkan senang ialah tercapainya keinginan. Keinginan tercapai menimbulkan rasa senang, enak, lega, puas, tenang, gembira. Padahal keinginan ini bila tercapai pasti mulur, memanjang, dalam arti meningkat. Ini berarti bahwa hal yang diinginkan itu meningkat entah jumlahnya entah mutunya sehingga tidak dapat tercapai dan hal ini akan menimbulkan susah. Jadi senang itu tidak dapat berlangsung terus-menerus.

Misalnya menjelang hari raya orang ingin membeli sarung baru. Kata hatinya: "Bila aku dapat membeli sarung baru, pasti aku akan bahagia, yakni tetap senang. Pada hari besar nanti, aku dapat melancong ke mana-mana." Andaikata sarung baru itu dapat dibelinya ia pun tidak akan bahagia, melainkan bergembira sebentar kemudian susah lagi. Oleh karena keinginannya itu mulur, maka ia merasa: "Memang, meskipun sarungnya sudah baru, ikat kepalanya pun harus baru." Maka ia ingin membeli ikat kepala, tetapi uangnya tidak cukup, maka gagallah keinginannya dan susahlah ia. Demikianlah senang tidak berlangsung terus menerus. Andaikata pun kelak ia dapat membeli sarung dan ikat kepala baru, pasti keinginannya mulur lagi. Hatinya akan berkata: "Sekarang sarung dan ikat kepalanya sudah baru, dan bagaimanakah bajunya? Tidakkah harus baru pula?"

Kemudian bila pakaiannya baru sudah ada, tentu keinginannya mulur lagi. Sandalnya, arlojinya, kendaraannya, rumahnya harus baru pula. Bila semua itu sudah ada, pasti keinginannya akan mulur lagi: "Sekarang semua barang sudah baru, mengapa isterinya masih yang lama saja. Agar tidak dikatakan aneh maka ia mencari isteri baru." Bila nanti memperoleh isteri baru, pasti mulur lagi: "Anaknya pun harus ada yang baru karena mengapa yang ada hanya anak dari isteri lama saja?" Demikianlah keinginan itu mulur sehingga apabila apa yang diinginkannya tidak dapat diperolehnya maka susahlah ia. Jelaslah bahwa senang itu tidak tetap adanya.

Keinginan itu terwujud dalam usaha mencari semat, derajat dan kramat. Meneari semat ialah mencari kekayaan, keenakan, kesenangan. Mencari derajat ialah mencari keluhuran, kemuliaan, kebanggaan, keutamaan. Mencari kramat ialah mencari kekuasaan, kepercayaan, agar disegani, agar dipuja-puji.

Misalnya orang mencari semat/kekayaan agar ia berpenghasilan tetap. Rasa hatinya berkata: "Jika aku berpenghasilan tiap bulan sepuluh rupiah saja, aku tentu bahagia. Tidak seperti sekarang ini, kadang-kadang hanya tiga rupiah, bahkan kadang-kadang juga rugi." Bila usahanya berhasil, maka dalam kenyataannya ia tidak bahagia, namun hanya senang sebentar dan kemudian susah lagi. Ini disebabkan karena keinginannya mulur sebagai berikut: "Ternyata penghasilan sepuluh rupiah ini tidak membuat aku bahagia. Jika berpenghasilan dua puluh ]ima rupiah, barulah aku akan benar-benar bahagia." Nanti bila sudah memperoleh dua puluh lima rupiah keinginan pun mulur lagi. "Kalau aku hanya menerima dua puluh lima rupiah saja, terang tidak mungkin aku bahagia. Bahkan hal itu akan menambah banyak hutangnya, karena dipercaya untuk membeli dengan bon, hingga ke sana ke sini aku membuat bon. Hanya jika aku berpenghasilan seratus rupiah, baru aku benar-benar bahagia." Nanti bila ia berhasil memperoleh seratus rupiah keinginannya pun mulur lagi dan ia ingin dua ratus, tiga ratus rupiah. Sampai berpenghasilan beribu-ribu rupiah, berjuta-juta rupiah, masih kurang terus. Demikianlah keinginan itu mulur sampai pada suatu ketika ia tidak mungkin dipenuhi dan oleh karena itu ia kembali susah lagi. Jadi senang itu tidak tetap adanya.

Demikian pula dalam usaha mencari kenaikan derajat. Andaikata orang sudah menjadi asisten wedana, pasti keinginannya mulur dan ia ingin menjadi wedana. Kemudian setelah menjadi wedana, tentu keinginannya mulur lagi dan ia ingin menjadi bupati. Sekalipun sudah menjadi raja, ia kemudian ingin menjadi raja dari semua raja. Andaikata terlaksana menjadi raja dari semua raja, pasti hatinya berkata. "Ternyata menjadi raja dari semua raja itu tidak membuat aku bahagia, karena memerintah manusia itu ternyata bukan main banyak kesulitannya." "Mungkin kalau menjadi raja jin, barulah aku benar-benar bahagia. Bila sudah menjadi raja jin, pasti mulur lagi, ingin menjadi raja binatang, kutu, serangga, yang berupa anjing tanah, kacuak, tokek dan sebagainya. Demikian mulurnya keinginan sampai apa yang diinginkannya tidak dapat diperolehnya dan oleh karena itu ia kembali susah lagi. Jadi senang itu tidak tetap.

Demikian pula dalam usaha memperoleh kramat atau kesaktian. Misalnya jika orang telah memiliki kesaktian dengan dapat menyembuhkan orang sakit lumpuh dengan meniupnya saja. Ia belum juga bahagia, melainkan senang sebentar, kemudian susah lagi, karena mulurnya keinginannya. Hatinya berkata: "Kalau hanya dapat menyembuhkan orang lumpuh dengan meniupnya saja, aku tidak berbahagia. Akan tetapi kalau dapat menghidupkan orang mati, aku tentu bahagia, karena siapapun akan percaya, segan, takut kepadaku dan akan memujaku." la akan berusaha ke sana sini untuk dapat menghidupkan orang mati. PadahaI sekolahnya untuk mempelajarinya tidak ada. Andaikata ia pun berhasil, setelah dapat menghidupkan dua orang saja, maka timbul kekhawatirannya. "Celakalah aku nanti. Jika setiap orang mati kuhidupkan kembali. Mayat-mayat dari mana-mana pasti akan dibawa kemari semua, dan aku disuruh menghidupkannya. Halaman rumahku pasti akan penuh dengan bangkai anjing, babi hutan dan lain-lain. Mungkin kalau aku dapat mengeluarkan sukma dari badan, aku baru benar-benar bahagia. Aku akan dapat melayang-layang mengelilingi dunia melihat negeri Belanda, negeri Cina, tanpa melakukan perjalanan, tanpa susah payah, lagi pula tidak kehilangan uang untuk bekalnya." Ia akan ke sana ke sini berusaha keras supaya bisa melepaskan sukmanya dari badannya, sedangkan sekolah untuk mempelajarinya belum ada. Andaikata ia berhasil melepaskan sukmanya dari raganya, ia pun tidak akan benar-benar bahagia, melainkan senang sebentar, kemudian susah lagi. Hatinya berkata "Susahlah aku bila sukma yang acapkali dilepas itu sampai tidak dapat kembali lagi ke tempat asalnya. Namun manakala aku bisa menghilang, pastilah aku betul-betul bahagia. Aku akan dapat menggaruk uang di pasar-pasar tanpa diketahui pemiliknya, dan tiap kata ada orang sedang menghitung uang, uang itu kuambil. Dengan tidak usah bekerja, aku dapat memiliki banyak uang, dan apa pun kuhendaki pastilah tercapai".

Bila ia kemudian berhasil dapat menghilang, tentu keinginannya mulur lagi, sehingga ia ingin bisa terbang, bisa menembus bumi dan seterusnya. Demikianlah mulurnya keinginannya sampai apa yang diinginkannya tidak dapat ia peroleh, maka susahlah ia. Jadi jelaslah bahwa lahirnya keinginan dalam usaha mencapai semat (kekayaan), derajat (kedudukan), kramat (kekuasaanl, apabila sudah terlaksana pasti akan mulur. Maka senang itu tidak tetap sifatnya.


Mungkret (menyusut)

Demikian pula rasa susah pun tidak tetap. Karena susah itu disebabkan tidak tercapainya keinginan yang berwujud rasa tidak enak, menyesal, kecewa, tersinggung, marah, malu, sakit, terganggu dan sebagainya. Padahal keinginan itu bila tidak tercapai pasti mungkret (menyusut), dalam arti bahwa apa yang diinginkan itu berkurang baik dalarm jumlah maupun mutunya, sehingga dapat tercapai, maka timbullah rasa senang. Jadi rasa susah itu tidak tetap.

Bila keinginan yang mungkret ini masih tidak terpenuhi, pasti ia akan mungkret lagi. Mungkretnya keinginan ini baru berhenti bila dapat terpenuhi keinginan itu. Tentunya apa yang diinginkan itu memang ada atau mudah diperoleh, sehingga keinginan itu terpenuhi dan timbullah rasa senang. Maka susah itu tidak tetap adanya.

Misalnya orang lapar ingin makan, tentu dipiiihnya lauk-pauk yang serba lezat, seperti daging, telur dan sebagainya. Tetapi bila keinginannya itu tidak terpenuhi, ia pasti mungkret, sehingga makan nasi dengan garam saja ia sudah senang. Bila nasi dengan garam pun tidak diperolehnya pasti keinginannya mungkret lagi, sehingga makan ketela bakar saja ia sudah girang. Bila ketela bakar pun tidak ia peroleh, pasti keinginannya mungkret lagi, sehingga dengan diteguknya air saja, cukup sejuklah lidahnya.

Contoh yang makin jelas lagi ialah bila seorang laki-laki ingin mempunyai seorang isteri, maka dipilihnya tentu yang cantik, masih perawan, kaya, keturunan priyayi, cerdas, berbakti, cermat, cinta suami dan seterusnya. Bila keinginan-keinginannya itu tidak terpenuhi, ia pun tidak benar-benar celaka, melainkan susah sebentar, kemudian senang kembali. Oleh karena keinginannya mungkret, maka rasanya, "Walaupun syarat pilihanku tidak terpenuhi semua, asal saja cantik wajahnya bolehlah" Jika yang cantik pun tidak diperolehnya, tentu keinginannya mungkret lagi: "Walaupun tidak cantik asal saja masih perawan" Bila ini pun tidak berhasil, mungkret lagi keinginannya "Walaupun seorang janda asal saja belum punya anak." Bila pilihan ini masih juga gagal, pasti keinginannya mungkret lagi: "Walaupun banyak anaknya, asalkan saja ia sehat" Bila keinginan ini pun tidak terpenuhi, pasti mungkret lagi keinginannya: "Walaupun cacad, asalkan berwujud orang" Padahal mencari isteri dengan syarat asal berwujud orang saja, pastilah tidak sukar, maka ia lalu merasa senang lagi. Dari sebab itulah penderita-penderita cacad, baik laki-laki atau perempuan, banyak yang bersuami/isteri. Sebab satu sama lain berjumpa dalam keadaan sama mungkret keinginannya. Demikianlah menyusutnya keinginan sampai apa yang diinginkan itu tercapai, maka timbullah rasa senang. Maka susah itu tidak tetap.

Jadi jelaslah bahwa senang dan susah itu tidak tetap. Sebab senang itu disebabkan karena keinginan tercapai, dan keinginan yang tercapai ini mesti mulur sehingga yang diinginkan tidak mungkin tercapai, maka timbullah rasa susah. Kesusahan itu disebabkan karena keinginan tidak tercapai, padahal keinginan yang tidak tercapai ini mesti mungkret sehingga apa yang diinginkan itu mungkin tercapai, maka akan tercapailah keinginan itu dan rasa senang timbul, jadi keinginan itu bila mungkret akan mencapai apa yang diinginkan maka timbullah rasa senang, dan keinginan itu mulur. Mulur ini berlangsung sehingga tidak tercapai apa yang diinginkan maka timbul rasa susah dan keinginan itu mungkret. Mungkret, tercapai, senang, mulur lagi. Mulur, tidak tereapai, susah, mungkret lagi. Maka sifat keinginan itu sebentar mulur, sebentar mungkret, sebentar mulur, sebentar mungkret. Hal inilah yang menyebabkan mengapa rasa hidup manusia itu sejak muda hingga tua, pasti bersifat sebentar senang sebentar susah, sebentar senang, sebentar susah.

Selasa, 02 November 2010

DONGENG GEOLOGIS MERAPI

:Tentunya menghindari bahayanya serta memanfaatkan faedahnya tidak hanya diperlukan ketika sedang membutuhkan saja. Cerita sejarah gunung Merapi juga menarik utk diketahui sebagai pengetahuan bagi kita yang awam volkanologi. Dibawah ini tulisan dari Badan Geologi mengenai sejarah Gunung Merapi yang bulan Oktober 2010 ini sedang bergolak.


SEJARAH GEOLOGI

Hasil penelitian stratigrafi menunjukkan sejarah terbentuknya Merapi sangat kompleks. Wirakusumah (1989) membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua. Penelitian selanjutnya (Berthomier, 1990; Newhall & Bronto, 1995; Newhall et.al, 2000) menemukan unit-unit stratigrafi di Merapi yang semakin detil. Menurut Berthommier,1990 berdasarkan studi stratigrafi, sejarah Merapi dapat dibagi atas 4 bagian :

PRA MERAPI (+ 400.000 tahun lalu)

Disebut sebagai Gunung Bibi dengan magma andesit-basaltik berumur ± 700.000 tahun terletak di lereng timur Merapi termasuk Kabupaten Boyolali. Batuan gunung Bibi bersifat andesit-basaltik namun tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 m di atas muka laut dengan jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekarang sekitar 2.5 km. Karena umurnya yang sangat tua Gunung Bibi mengalami alterasi yang kuat sehingga contoh batuan segar sulit ditemukan.

MERAPI TUA (60.000 – 8000 tahun lalu)

Pada masa ini mulai lahir yang dikenal sebagai Gunung Merapi yang merupakan fase awal dari pembentukannya dengan kerucut belum sempurna. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltic dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.

MERAPI PERTENGAHAN (8000 – 2000 tahun lalu)

Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan “de¬bris-avalanche” ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.

MERAPI BARU (2000 tahun lalu – sekarang)

Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar yang saat ini menjadi pusat aktivitas Merapi. Batuan dasar dari Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak ± 23 km selatan dari Merapi. Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu. Erupsi eksplosif yang lebih kecil teramati diperkirakan 250 tahun lalu yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Skema penampang sejarah geologi Merapi menurut Berthommier, 1990 (gambar bawah)

SEJARAH ERUPSI

Tipe erupsi Gunung Merapi dapat dikategorikan sebagai tipe Vulkanian lemah. Tipe lain seperti Plinian (contoh erupsi Vesuvius tahun 79) merupakan tipe vulkanian dengan daya letusan yang sangat kuat. Erupsi Merapi tidak begitu eksplosif namun demikian aliran piroklastik hampir selalu terjadi pada setiap erupsinya. Secara visual aktivitas erupsi Merapi terlihat melalui proses yang panjang sejak dimulai dengan pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan awanpanas (pyroclastic flow).
Merapi termasuk gunungapi yang sering meletus. Sampai Juni 2006, erupsi yang tercatat sudah mencapai 83 kali kejadian. Secara rata-rata selang waktu erupsi Merapi terjadi antara 2 – 5 tahun (periode pendek), sedangkan selang waktu periode menengah setiap 5 – 7 tahun. Merapi pernah mengalami masa istirahat terpanjang selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki abad 16 kegiatan Merapi mulai tercatat cukup baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu istirahat terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.


Sejarah letusan gunung Merapi mulai dicatat (tertulis) sejak tahun 1768. Namun demikian sejarah kronologi letusan yang lebih rinci baru ada pada akhir abad 19. Ada kecenderungan bahwa pada abad 20 letusan lebih sering dibanding pada abad 19. Hal ini dapat terjadi karenapencatatan suatu peristiwa pada abad 20 relatif lebih rinci. Pemantauan gunungapi juga baru mulai aktif dilakukan sejak awal abad 20. Selama abad 19 terjadi sekitar 20 letusan, yang berarti interval letusan Merapi secara rata-rata lima tahun sekali. Letusan tahun 1872 yang dianggap sebagai letusan terakhir dan terbesar pada abad 19 dan 20 telah menghasilkan Kawah Mesjidanlama dengan diameter antara 480-600m. Letusan berlangsung selama lima hari dan digolongkan dalam kelas D. Suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awanpanas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol.
Awanpanas dan material produk letusan menghancurkan seluruh desa-desa yang berada di atas elevasi 1000m. Pada saat itu bibir kawah yang terjadi mempunyai elevasi 2814m (;bandingkan dengan saat ini puncak Merapi terletak pada elevasi 2968m). Dari peristiwa-peristiwa letusan yang telah lampau, perubahan morfologi di tubuh Gunung dibentuk oleh lidah lava dan letusan yang relatif lebih besar. Gunung Merapi merupakan gunungapi muda. Beberapa tulisan sebelumnya menyebutkan bahwa sebelum ada Merapi, telah lebih dahuiu ada yaitu Gunung Bibi (2025m), lereng timurlaut gunung Merapi. Namun demikian tidak diketahui apakah saat itu aktivitas vulkanik berlangsung di gunung Bibi. Dari pengujian yang dilakukan, G. Bibi mempunyai umur sekitar 400.000 tahun artinya umur Merapi lebih muda dari 400.000 tahun. Setelah terbentuknya gunung Merapi, G. Bibi tertimbun sebagian sehingga saat ini hanya kelihatan sebagian puncaknya. Periode berikutnya yaitu pembentukan bukit Turgo dan Plawangan sebagai awal lahirnya gunung Merapi. Pengujian menunjukkan bahwa kedua bukit tersebut berumur sekitar maksimal 60.000 tahun (Berthomrnier, 1990). Kedua bukit mendominasi morfologi lereng selatan gunung Merapi.
Pada elevasi yang lebih tinggi lagi terdapat satuan-satuan lava yaitu bukit Gajahmungkur, Pusunglondon dan Batulawang yang terdapat di lereng bagian atas dari tubuh Merapi. Susunan bukit-bukit tersebut terbentuk paling lama pada, 6700 tahun yang lalu (Berthommier,1990). Data ini menunjukkan bahwa struktur tubuh gunung Merapi bagian atas baru terbentuk dalam orde ribuan tahun yang lalu. Kawah Pasarbubar adalah kawah aktif yang menjadi pusat aktivitas.
Diperkirakan bahwa bagian puncak Merapi yang ada di atas Pasarbubar baru terbentuk mulai sekitar 2000 tahun lalu. Dengan demikian jelas bahwa tubuh gunung Merapi semakin lama semakin tinggi dan proses bertambahnya tinggi dengan cepat nampak baru beberapa ribu tahun lalu. Tubuh puncak gunung Merapi sebagai lokasi kawah aktif saat ini merupakan bagian yang paling muda dari gunung Merapi. Bukaan kawah yang terjadi pernah mengambil arah berbeda-beda dengan arah letusan yang bervariasi. Namun demikian sebagian letusan mengarah ke selatan, barat sampai utara. Pada puncak aktif ini kubah lava terbentuk dan kadangkala terhancurkan oleh letusan. Kawah aktif Merapi berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai dengan letusan yang terjadi. Pertumbuhan kubah lava selalu mengisi zona-zona lemah yang dapat berupa celah antara lava lama dan lava sebelumnya dalam kawah aktif Tumbuhnya kubah ini ciapat diawali dengan letusan ataupun juga sesudah letusan. Bila kasus ini yang terjadi, maka pembongkaran kubah lava lama dapat terjadi dengan membentuk kawah baru dan kubah lava baru tumbuh dalam kawah hasil letusan. Selain itu pengisian atau tumbuhnya kubah dapat terjadi pada tubuh kubah lava sebelumnya atau pada perbatasan antara dinding kawah lama dengan lava sebelumnya. Sehingga tidak mengherankan kawahkawah letusan di puncak Merapi bervariasi ukuran maupun lokasinya. Sebaran hasil letusan juga berpengaruh pada perubahan bentuk morfologi, terutama pada bibir kawah dan lereng bagian atas. Pusat longsoran yang terjadi di puncak Merapi, pada tubuh kubah lava biasanya pada bagian bawah yang merupakan akibat dari terdistribusikannya tekanan di bagian bawah karena bagian atas masih cukup kuat karena beban material.
Lain halnya dengan bagian bawah yang akibat dari desakan menimbulkan zona-zona lemah yang kemudian merupakan pusat-pusat guguran. Apabila pengisian celah baik oleh tumbuhnya kubah masih terbatas jumlahnya, maka arah guguran lava masih dapat terkendali dalam celah yang ada di sekitarnya. Namun apabila celah-celah sudah mulai penuh maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan tumbuhnya kubah. Sehingga pertumbuhan kubah lava yang sifat menyamping (misal, periode 1994 – 1998) akan mengakibatkan perubahan arah letusan. Perubahan ini juga dapat terjadi pada jangka waktu relatif pendek dan dari kubah lava yang sama. Pertumbuhan kubah lava ini berkembang dari simetris menjadi asimetris yang berbentuk lidah lava. Apabila pertumbuhan menerus dan kecepatannya tidak sama, maka lidah lava tersebut akan mulai membentuk morfologi bergelombang yang akhirnya menjadi sejajar satu sama lain namun masih dalam satu tubuh. Alur pertumbuhannya pada suatu saat akan mencapai titik kritis dan menyimpang menimbulkan guguran atau longsoran kubah. Kronologi semacam ini teramati pada th 1943 (April sampai Mei 1943).
Penumpukan material baru di daerah puncak akibat dari pertumbuhan kubah terutama terlihat dari perubahan ketinggian maksimum dari puncak Merapi. Beberapa letusan yang dalam sejarah telah mengubah morfologi puncak antara lain letusan periode 18221823 yang menghasilkan kawah berdiameter 600m, periode 1846 – 1848 (200m), periode 1849 (250 – 400m), periode 1865 – 1871 (250m), 1872 – 1873 (480 – 600 m), 1930, 1961.











Rabu, 13 Oktober 2010

-LOVE YOU JUST THE WAY YOU ARE-

Tidak ada orang yang sempurna. Kita semua pasti memiliki kekurangannya masing-masing, begitu juga dengan pasangan kita. Dengan mencoba belajar untuk bisa melihat mereka dari sudut pandang yang lebih rasional atau lebih dimengerti.
Perilaku saling menerima antar pasangan tidak hanya akan meningkatkan keintiman dan kepuasan dalam berhubungan saja, tapi juga bisa menghindari kita menghindari konflik dan mengutamakan harmoni dalam hidup bersama.Sebab dengan sikap saling menerima, maka kedua belah pihak tidak akan merasakan adanya tekanan satu sama lain.
Jika seorang pria mampu membangun rumah, menerbangkan pesawat, memperbaiki mobil yang rusak, tapi banyak wanita yang merasa heran, mengapa para pria tidak bisa membersihkan cucian piring? Atau sekedar mengganti tisu di toilet yang sudah habis? Sebenarnya, kita tidak perlu seorang profesor untuk mengetahui alasan mengapa wanita lebih condong bisa melakukan pekerjaan rumah lebih banyak dibading yang para kaum pria bisa kerjakan.
Sebenarnya, faktor keengganan para pria membantu wanita adalah karena mereka memiliki rasa takut lebih besar akan mengganggu pekerjaan wanita dibanding kekacauan yang bisa dan akan mereka perbuat.
Jika pria tampak tidak peduli sama sekali dengan debu-debu yang menempel di perabot rumah, maka pahamilah bahwa memang kaum pria tidak didesain untuk bisa memperhatikan hal-hal yang kecil seperti kaum perempuan.
 Biasanya, wanita memang lebih terbuka dan cerewet dibanding kaum pria,sebenarnya baik lelaki maupun perempuan dilahirkan dengan kapasitas berperilaku ekspresif yang sama, namun yang membuatnya berbeda adalah cara mensosialisasikannya saja.
Orang tua akan lebih cenderung mengekspos jangkauan emosi mereka yang lebih luas pada anak perempuannya dibanding anak lelaki, dan orang tua juga bekerja keras untuk bisa mengatur perubahan emosi dari anak-anak mereka.
Jelas ada, seorang pria merupakan tipe lelaki pendiam dikarenakan sejak kecil memang mereka tidak diajarkan untuk mengekspresikan emosi mereka.Jadi jangan pernah menginterpretasikan “diamnya” pria sebagai sinyal bahwa mereka sudah mulai bosan dan tidak lagi tertarik dengan wanita.Seharusnya, jika  percaya akan besarnya cinta pasangan pada kita, maka kita bisa melihat bagaimana pasangan mengkomunikasikan bentuk cinta mereka dengan cara yang non-verbal.
Memiliki pasangan yang bekerja yang sangat sibuk dan kompetisi jaman sekarang yang berat memang kadang membuat  kesal, marah dan tidak dihargai. Tapi cobalah selami satu kata, yaitu pengampunan. Dimana  bisa menerima dan mengampuni kesalahan orang lain serta mengubah pengampunan tersebut menjadi rasa sayang. Ajaklah pasangan untuk berbicara dari hati ke hati, ketimbang hanya menyalahkan dan mengeluarkan kalimat makian. Berikan rasa hormat dan dukungan kepada pasangan sehingga mereka bisa merasakan kalau kita selalu ada untuk mendukung dan memberikan perhatian kepada mereka.
Berusaha untuk belajar mencintai kekurangan pasangan kita bukan berarti mereka akan merubah perilaku mereka. Tapi, yang pasti kita sendiri akan merasakan perubahannya, seperti peningkatan rasa percaya, intimasi, dan rasa sayang kepada pasangan kita.




"Wanita senang hatinya,bila mempunyai teman yang dapat berbagi kesulitannya"
"Lelaki senang hatinya bila dapat memecahkan kesulitannya sendiri di guanya"


                                         (MEN ARE FROM MARS,WOMEN ARE FROM VENUS)







Sabtu, 09 Oktober 2010

''Dalam hidup kita hanya punya keberanian"

Bukan perjuangan jika tidak ada pengorbanan. Setiap pengorbanan pasti berkonotasi sakit, pedih, perih, pahit, duka, terhina  atau berkurangnya sesuatu yang kita miliki.  Semakin banyak pengorbanan itu semakin banyak rasa sakit yang kita alami, tapi semakin cepatlah kita sukses.
Apa saja yang kita korbankan? yang pasti waktu,  tenaga, pikiran, dan materi bahkan kebebasan.  Sayang sekali memang, tapi itulah hidup. Untuk memperoleh kesenangan mesti melalui jalan berliku dulu.
Seperti seorang anak yang berharap bisa berlari. Tahap perjuangannya cukup panjang dan melelahkan. Mulai dari belajar merangkak, duduk, belajar berdiri, melangkah, berjalan, hingga akhirnya bisa berlari. Berapa kali dia jatuh, tentu tak terhitung. Seberapa besar rasa sakit yang dialami, tentu banyak sekali.
Atau seperti menanam pohon mangga, untuk sampai tahap pembuahan bukan waktu yang singkat. Dimulai menanam dengan bibit unggul,  merawat setiap saat, menyiramnya tanpa henti, memberi pupuk, dan lain sebagainya. Hingga tiba saatnya pohon itu, kita memetiknya tanpa harus menyiramnya lagi kerena pohon itu sudah bisa cari makan sendiri.
Apakah setiap perjuangan dan pengorbanan pasti menghasilkan? belum tentu. Bisa jadi Anda semakin terpuruk, miskin dan semakin sakit. Kenapa? Jika perjuangan yang Anda lakukan tidak tuntas; Anda berhenti di tengah jalan. Dan inilah yang dilakukan banyak orang. Ironisnya, hanya beberapa langkah lagi sukses,dia berhenti karena berpikir tak mungkin berhasil.
Apakah setiap perjuangan dan pengorbanan pasti menghasilkan? belum tentu. Bisa jadi Anda semakin terpuruk, miskin dan semakin sakit. Kenapa? Jika perjuangan yang Anda lakukan tidak tuntas; Anda berhenti di tengah jalan. Dan inilah yang dilakukan banyak orang. Ironisnya, hanya beberapa langkah lagi sukses. dia berhenti karena berpikir tak mungkin berhasil.
Tak sedikit pula yang akhirnya menemukan kesuksesan setalah sekian lama banting tulang.  Manis sekali, indah dan penuh tawa. Mereka yang tidak berhenti berjuang. Terus berlari hingga menemukan finish. Ketika sukses, rasa sakit itu tiba-tiba hilang, berubah menjadi mimpi yang begitu indah.
Pengorbanan hanyalah sementara. Sakit dalam perjuangan hanyalah sebentar. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terasa selamanya. Karena itu, jangan pernah menyerah.
Semakin gelap langit semakin terang kelihatan bintang bintang. Kegelapan diperlukan untuk melahirkan bintang. Kadang memang kita perlu diuji dengan masa sulit, masa buruk, masa murung, masa menderita sebelum menjadi unggul. Semuanya dijadikan untuk membentuk diri kita.Ukuran kesuksesan bukan sekedar tergantung pada prestasi yang telah dicapai tetapi juga tergantung pada berapa kali dan berapa tahap kesukaran telah diatasi dalam mencapai kedudukan itu. Bertolak belakang dari anggapan umum bahwa orang sukses sebenarnya lebih banyak gagal daripada orang yang tidak sukses. Hanya karena mereka lebih banyak mencoba daripada orang yang tidak sukses. Jadi memang benar kalau ingin sukses jangan pernah berhenti, jangan pernah menyerah. Kalau jatuh bangkit lagi. Kalau jatuh lagi, ya bangkit lagi, nanti suatu saat akan bertemu dengan yang namanya keberhasilan.!!!

Jumat, 08 Oktober 2010

Iman yang Titik-titik …

Yang Islam belum tentu beriman..
Yang beriman kebanyakan membisu
Yang disanjung biasanya culas
Yang tidak culas biasanya di cuekin
Yang istiqomah tak berduit
Yang berduit hobinya main kuntit

Yang faham agama tak mau berjihad
Yang mau berjihad tak faham agama
Yang berilmu luas tak pernah punya waktu
Yang punya waktu berilmu terbatas
Yang berjalan penuh kedengkian diagungkan
Yang penuh kasih sayang dipinggirkan

Dulu Muawiyah berkuasa
Lalu diruntuhkan Abbasyiah
Khalifah dihancurkan Dinasti
Dinasti diluluhkan Kesultanan
Kesultanan dihuni penjilat kekuasaan
Musuh dalam selimut menggulung di tengah malam

Islam digadaikan demi harta dan keturunan
Iman diletakkan di pojok masjid yang gelap
Yang mencerai berai disanjung dipuja
Yang mempertahankan keimanan dimusuhi
Kemunafiqan dan kesombongan dihormati
Yang menjaga Al-Qur’an dan Sunnah dijauhi

Yang tak berilmu agama teriak lantang
Yang berilmu agama hanya diam meradang
Yang sudah banyak belajar malas berbuat
Yang rajin berbuat malas belajar
Yang kiai belum tentu Kiai
Yang bukan Santri tidak mau belajar pada Kiai

Yang Islam tidak tahu Islam
Yang tak beriman merasa beriman
Yang berdakwah mencari ketenaran
Yang berdiskusi mempertahankan golongan
Yang pandai ilmu agama saling menghujat
Yang punya sedikit ilmu agama saling mengumpat

Yang awam agama lari pating besasat
Yang dibohongi tidak mengerti dikibuli
Yang dikibuli lama-lama mengikuti
Yang dikibuli malah berjihad berani mati
Yang kiai tak punya hati
Yang santri akalnya mati

Negeri para Wali
Negeri para Kiai
Negeri yang punya MUI
Tapi masih ada yang mengaku nabi
Ngakunya seorang Kiai
Tak tahunya mencabuli santri

Tiap sudut kampung pesantren berdiri
Lokalisasi dan rumah judi semakin tinggi
Sabtu sampai minggu pergi mengaji
Ketika punya jabatan jangan lupa korupsi
Tiap tahun pergi ke Tanah Suci
Tetap cari pungli dan menang sendiri

Kiai mana yang mesti diikuti
Fatwa siapa yang harus dipatuhi
Mana yang munafiq
Mana yang beriman
Mana yang pura-pura kyai
Siapa santri siapa yang berlagak santri

Hanya hati kita yang mengerti
Sudahkah kita memiliki iman yang murni?
Yang tahu hanya Ilahi yang Maha Tinggi
Wallahu A’lam bi shawab.


                                     dibacakan pada acara Kenduri Cinta di Taman Ismail Marzuki.                                                                    

Kamis, 07 Oktober 2010

Entrepreneurship kaum sarungan:“Perhatikan olehmu sekalian, sesungguhnya sembilan dari sepuluh pintu rezeki di dunia ini adalah perdagangan.” (HR. Ahmad)

Pondok pesantren, atau disebut pondok saja, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia. Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab. Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren. Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut madrasah Islamiah.
Pondok Pesantren menjadi alternatif pendidikan bagi sistem pembelajaran terintegrasi antara pembelajaran akademis dan keagamaan.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena keberadaannya yang sudah sangat lama, tetapi juga karena kultur, metode dan jaringan yang diterapkan oleh pesantren tersebut. Karena keunikannya, menurut C. Geertz menyebut pesantren sebagai sub kultur masyarakat Indonesia (khususnya Jawa).

Pesantren sebagai pendidikan keagamaan memiliki basis sosial yang jelas, karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Ketika lembaga-lembaga sosial yang lain belum berjalan secara fungsional, maka pesantren menjadi pusat kegiatan sosial masyarakat, mulai orang belajar agama, bela diri, mengobati orang sakit, konsultasi pertanian, mencari jodoh sampai pada menyusun perlawanan terhadap kaum penjajah, semua dilakukan di pesantren yang dipimpin oleh seorang kyai.
Figur kiai tidak saja menjadi pemimpin agama tetapi sekaligus juga pemimpin gerakan sosial politik masyarakat. Karena posisinya yang menyatu dengan rakyat, maka pesantren memiliki akar yang kuat untuk menjadi basis perjuangan rakyat. Disamping memiliki jaringan sosial yang kuat dengan masyarakat, pesantren juga memiliki jaringan yang kuat antar pesantren, karena sebagian besar pengasuh pesantren tidak saja terikat pada kesamaan pola pikir, paham keagamaan, tetapi juga memiliki hubungan kekerabatan yang cukup erat .Hal lain yang menyebabkan hubungan dunia pesantren menjadi sangat kuat adalah adanya kesamaan ideologi.
Hal ini sebenarnya adalah sebuah potensi yang cukup besar, bagi pesantren untuk mengembangkan apa saja tidak terkecuali potensi kewirausaha. Sayangnya belum banyak yang melirik potensi besar ini menjadi kekuatan pengembangan ekonomi umat, termasuk juga pemerintah. Kalau ada pun biasanya dikembangkan dengan apa adanya dan jauh dari profesionalisme.
NABI MUHAMMAD DAN KEWIRAUSAHAAN
Salah satu aspek kehidupan Nabi Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius baik dari kalangan umum maupun dari sebagian pesantren, adalah kepemimpinan beliau di bidang bisnis dan entrepreneurship. Muhammad SAW lebih di kenal sebagai seorang Rasul, Pemimipin masyarakat atau “Negara” dan pemimpin militer. Padahal, sebagian besar kehidupan beliau sebelum menjadi utusan Allah SWT ( Rasulullah ) adalah sebagai pengusaha. Muhaammad SAW telah memulai merintis karir daganganya ketika berumur 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan ini terus dilakukan sampai menjelang beliau menerima wahyu ( beliau berusia 37 tahun ). Dengan demikian Muhammad SAW telah berprofesi sebagai pedagang selama kurang lebih 25 tahun ketika beliau menerima wahyu. Angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama kurang lebih 23 tahun.
Muhammad SAW merupakan figur yang tepat dijadikan sebagai teladan dalam bisnis dan perilaku ekonomi yang baik. Beliau tidak hanya memberikan tuntunan dan pengarahan tentang bagaimana kegiatan ekonomi dilaksanakan, tetapi beliau mengalami sendiri menjadi seorang pengelola bisnis atau wirausaha.
Dunia pesantren sampai saat ini masih menganggap “bisnis” adalah sesuatu yang tabu dan kurang atau bahkan tidak layak untuk di terapkan di kehidupan para santrinya, entah kenapa harus terjadi hal demikian, apakah benar semua pesantren ingin semua santrinya jadi “kyai”. Masihkah mereka peduli dengan keadaan negara kita yang sistem ekonominya masih saja di jajah oleh kapitalis barat, sementara Indonesia saat ini membutuhkan ekonom ekonom muslim yang kuat dan tangguh dan kompeten dibidangnya, agar perekonomian negri ini lebih baik. Pesantren seharusnya bisa menjadi salah satu kendaraan sekaligus sebagai rumah di mana nilai – nilai Islam yang sudah di teladankan oleh Rasulullah harus di tegakkan dan dilaksanakan tak terkecuali ajaran dan tuntunan beliau dalam dunia bisnis. Benar memang pesantren sudah mengajarkan fiqih yang didalamnya ada tuntunan bagaimana melakukan jual beli yang sah, dan sebaginya yang terkait dengan dunia bisnis. Tapi sekali lagi, agaknya pesantren masih ragu untuk melibatkan santri – santrinya terjun langsung ke dalam dunia bisnis. 
Saatnya pesantren membuka lapangan bisnis untuk para santrinya seperti apa yang sudah di lakukan oleh pesantren Gontor, Daruttauhid Bandung dll.Tentunya dengan bimbingan dan pengawasan dari para guru yang terkait, karna memang tidak mudah untuk membentuk karakteristik ekonom yang berbekal nilai – nilai islam.
Dalam dunia bisnis, seseorang di tuntut untuk berlaku jujur dan mempunyai keteguhan dalam memegang janji, dan sifat sifat mulia lainya. Inilah yang menjadi modal awal sukses atau tidaknya seseorang dalam dunia bisnis. Rasulullah sendiri dalam melaksanakan bisnisnya beliau memperkaya diri dengan kejujuran, keteguhan memegang janji, dan sifat – sifat mulia.Akibatnya penduduk Makkah mengenal Muhammad SAW sebagai seorang yang terpercaya ( al – amin ). ini seakan mengajarkan kita bahwa dengan berbisnis maka kejujuran dan keteguhan dalam memegang janji serta sifat – sifat mulia lainnya akan terbentuk. 



Rabu, 06 Oktober 2010

SEJARAH PENAMAAN KAMPUNG DI JOGJA

Sejumlah kampung di Yogyakarta ternyata memiliki keunikan karena proses penamaannya yang hampir seragam. Ada kampung yang namanya didasarkan pada profesi yang banyak ditekuni warganya, golongan kerabat dan pejabat, keahlian abdi dalem hingga nama pasukan prajurit. Kampung-kampung itu berdasarkan letaknya bisa dibagi menjadi 2 wilayah, yaitu Jeron Beteng (kawasan dalam kompleks Kraton Yogyakarta) dan Jaba Beteng (kawasan di luar kompleks kraton Yogyakarta).
Kampung di wilayah Jeron Beteng umumnya dinamai berdasarkan keahlian abdi dalemnya, sebab kampung-kampung itu dulu merupakan tempat tinggal abdi dalem yang sehari-hari menangani urusan rumah tangga kraton. Berjalan ke timur dari Alun-Alun Utara dan berbelok ke kanan memasuki Plengkung Wijilan, anda akan menemui kampung Mantrigawen, Gamelan, Namburan, dan Siliran. Bila berjalan sampai ke Alun-alun Kidul, anda juga akan menemukan kampung Nagan dan Patehan.
Nama Mantrigawen diambil karena warganya merupakan abdi dalem kepala pegawai, sementara nama Gamelan diambil karena warganya bermatapencaharian sebagai pembuat tapal kuda. Siliran merupakan tempat tinggal abdi dalem Silir yang bertugas menyalakan lampu penerangan dan Namburan ditinggali abdi dalem yang bertugas membunyikan gamelan. Patehan adalah rumah abdi dalem pembuat teh sedangkan Nagan adalah kediaman penabuh gamelan Jawa.
Menuju kawasan Jaba Beteng, anda bisa menjumpai kampung-kampung yang ditinggali hamba istana lainnya, seperti pengurus administrasi, prajurit, pengrajin, kaum profesional dan bangsawan lainnya. Beberapa kampung yang bisa dijumpai  adalah Keparakan,Pajeksan, Jlagran, Dagen, Gandekan, Gowongan, Wirobrajan, Patangpuluhan, Prawirotaman, Mantrijeron dan Bugisan. Mengelilinginya dari utara ke selatan lebih mudah sebab persebaran kampung itu mulai dari Tugu hingga Panggung Krapyak.
Nama Pajeksan diambil karena kawasan itu didiami jaksa,Keparakan karena merupakan tempat tinggal abdi keparak kiwo dan tengen, sementara Dagen diambil karena dulu merupakan tempat tinggal tukang kayu. Gowongan merupakan tempat tinggal tukang bangunan sedangkan Jlagran didiami tukang batu. Kampung lain seperti Prawirotaman, Mantrijeron, Bugisan, Wirobrajan, Patangpuluhan serta Jogokrayan adalah kediaman prajurit pasukan Prawirotomo, Mantrijero, Wirobrojo, Bugis, Patangpuluh, dan Jogokaryo.
Seiring perkembangan dan makin pluralnya penduduk kota Yogyakarta, mulai tahun 1900-an bermunculan pula kampung-kampung lain di Jaba Beteng. Umumnya, kampung-kampung terbagi berdasarkan etnisnya sehingga dinamai berdasarkan etnis yang mendominasi. Beberapa kampung yang bisa dikunjungi antara lain Kranggan, Pecinan, Sayidan, Menduran, Loji Kecil, Kotabaru, dan Sagan. Selain sebagai tempat tinggal, kampung-kampung itu juga berfungsi sebagai pusat aktivitas ekonomi.
Kampung Kranggan yang terletak di utara Tugu dan Pecinan yang terletak di selatan Malioboro dulu didiami oleh orang-orang Cina. Kampung Sayidan menjadi tempat tinggal orang-orang Arab sementara Menduran ditinggali oleh orang-orang Madura. Keturunan Eropa yang umumnya merupakan orang Belanda tinggal di wilayah Loji Kecil yang terletak di dekat Benteng Vredeburg, Kotabaru yang terletak di timur laut Malioboro, dan Sagan yang ada di dekat Jalan Solo.
Merasakan atmosfer kampung itu dan meluangkan waktu sejenak untuk berinteraksi dengan warganya, anda akan tahu lebih banyak tentang sejarah penamaan kampung dan kondisi Yogyakarta di masa lampau. Anda mungkin juga akan bertanya -tanya sebab kondisi beberapa kampung sudah tak menunjukkan keseseuaian dengan namanya. Meski demikian, banyak perubahan yang menyebabkan kampung itu justru semakin menarik untuk dikunjungi.
Kampung Prawirotaman misalnya, meski bukan lagi kediaman prajurit namun kini semakin ramai karena terdapat banyak penginapan serta penjual souvenir khas Yogyakarta. Kampung Sayidan malah makin terkenal karena kini menjadi salah satu pusat aktivitas musisi jalanan di kota Yogyakarta. Kranggan masih memiliki pesona berupa pasar tradisional yang menjual makanan segar sedangkan kawasan dekat Siliran kini diramaikan dengan adanya mural di dinding pembatas rumah dan jalan.
Jejak kejayaan masa lalu di beberapa kampung itu juga masih bisa dilacak. Kawasan Loji Kecil dan Kotabaru memiliki bangunan bernuansa indies sebagai bukti bahwa dulu banyak didiami orang Eropa. Beberapa toko di Pecinan (kini dinamai Jalan Jendral Ahmad Yani) hingga kini masih berdiri sehingga bisa menjadi saksi kejayaan pedagang Cina masa lampau. Kampung-kampung Jeron Beteng menyimpan bangunan-bangunan khas Jawa yang menjadi kediaman abdi dalem.